• Slide 1 Title

    Go to Blogger edit html and replace these slide 1 description with your own words. ...

  • Slide 2 Title

    Go to Blogger edit html and replace these slide 2 description with your own words. ...

  • Slide 3 Title

    Go to Blogger edit html and replace these slide 3 description with your own words. ...

  • Slide 4 Title

    Go to Blogger edit html and replace these slide 4 description with your own words. ...

  • Slide 5 Title

    Go to Blogger edit html and replace these slide 5 description with your own words. ...

Latest Templates

Pages

Minggu, 25 Juli 2010

Alternatif Hijau
Email Artikel ini ke Teman Anda




Kendaraan Udara


Kendaraan pertama di dunia yang digerakkan oleh kompresor udara direncanakan muncul di jalan di India tahun depan. Tata Motors, pembuat mobil terbesar di India, akan menggunakan teknologi pioner yang dikembangkan oleh insinyur Formula Satu terdahulu, Guy Negre. Kompresor udara mendorong piston mesin. Minyak fosil hanya digunakan untuk menghidupkan kompresor udara mobil, sehingga menghasilkan emisi karbon yang sangat rendah. Pengisian kembali sangat mudah: Bisa dengan menghubungkan mobil ke sumber listrik atau “mengisi ulang” untuk sekitar USD 2 di pompa bensin yang dilengkapi dengan mesin kompresor udara. Kendaraan yang ramah lingkungan ini bisa menghasilkan kecepatan hingga 110 km per jam (68 mph) dan rencananya akan diproduksi di Afrika Selatan, Jerman, dan Israel.

Airbus Menjadi Lebih Ramah Lingkungan


Pada Pertunjukan Dirgantara Internasional Paris tahun ini, perwakilan Airbus mengatakan bahwa pesawat terbesar dan terbaru dari perusahaan ini akan menjadi pesawat yang paling hemat energi. Airbus A380 merupakan pesawat jet superjumbo yang dirancang untuk membawa 550 penumpang. Sebagai tanggapan atas tingginya kepedulian global tentang emisi karbon, para pengusaha industri pesawat udara telah melangkah lebih lanjut. Perusahaan Airbus mengatakan bahwa A380 hampir memenuhi separuh target CO2 standar emisi untuk tahun 2008 yang ditentukan oleh Uni Eropa

Panel Surya untuk Panel Peredam Suara
Pemasangan panel surya sebagai peredam suara sedang dipasang di jalan tol Tullamarine di Melbourne dan merupakan proyek yang pertama di Australia. Daya yang dihasilkan akan menyediakan hingga 10% kebutuhan listrik di sejumlah besar lampu jalanan. Sungguh gagasan yang cemerlang!
Alternatif Berpotensi untuk Bahan Bakar Fosil


Habitat asli Jatropha yang merupakan suatu tanaman liar yang bernilai tinggi berada di Karibian, tetapi para pedagang Portugis membawanya ke Afrika dan Asia ratusan tahun yang lalu. Sekarang, Jatropha sedang dikaji sebagai alternatif berpotensi untuk bahan bakar fosil. Biji Jatropha Curcas bisa dipergunakan untuk bahan bakar biodiesel. Jatropha tumbuh sepanjang masa dan panen empat kali lebih banyak dari bahan bakar minyak kacang kedelai, serta lebih banyak sepuluh kali dari jagung. Satu hektar tanaman menghasilkan enam setengah barel minyak yang siap untuk diproses. Kenyataan ini dimanfaatkan oleh perusahaan British, D1 Oils yang menguasai 385.000 hektar Jatropha mulai dari Swazilandia sampai Indonesia. D1 Oils berencana untuk menggandakan kepemilikannya pada akhir tahun 2008, dan masih banyak perusahaan minyak lainnya yang memiliki rencana yang sama. Sesuai dengan suatu kajian yang dilakukan di Amerika Serikat, biodiesel mengurangi emisi karbondioksida bersih hingga 78% dibandingkan dengan bahan bakar standar diesel.
Intersolar 2007
Sekitar 500 peserta energi surya akan bertemu di Jerman tahun ini untuk acara Intersolar 2007. Konvensi tiga hari tersebut merupakan pameran perdagangan internasional terbesar Eropa untuk teknologi solar. Pameran ini menampilkan fotovoltase, teknologi termal, dan arsitektur surya. Pengunjung datang dari 90 negara yang berbeda. Sebagai negara yang terkemuka dalam generasi pusat pembangkit tata surya, Jerman saat ini menghasilkan 55% energi solar dunia dan terus mengembangkan sumber energi pembaharuannya.
Contoh Pulau Hijau


Pulau Samsoe, lepas pantai Denmark timur, telah menjadi contoh pencegahan atas pemanasan global. Sejak tahun 2000, penduduk pulau tersebut telah membangkitkan 100% kebutuhan listrik mereka hanya dari 11 kincir angin. Panel surya, ilalang, dan biomassa dapat menyediakan 70% sumber energi bagi sekitar 4.200 orang yang tinggal di pulau tersebut. Soeren Hermansen, kepala proyek ketahanan energi di pulau tersebut menyatakan, “Apa yang unik bukanlah pada instalasi kincir atau panel surya. Kenyataannya, bukan hanya perusahan listrik atau perusahaan multinasional besar yang mendukung proyek tersebut, melainkan suatu komunitas yang melibatkan penduduk biasa.” Sekarang, Samsoe berharap untuk mengambil langkah lebih lanjut: ia berharap agar seluruh kendaraan di pulau ini menggunakan minyak biji rami atau hidrogen yang dibangkitkan dengan kekuatan angin. (Episode #276)
Banyak kota-kota di Eropa memandang tanggung jawab lingkungan sebagai tanggung jawab setempat. Mereka memperkenalkan berbagai program yang praktis dan efektif, serta dengan diam-diam mulai merintis jalan menuju pelestarian alam demi mencapai tujuan dari Protokol Kyoto serta membangkitkan semangat penghijauan di seluruh dunia.
Di antara yang patut dicatat adalah sebuah kota kecil yang tenang di bagian selatan Swedia yaitu Växjö. Kota yang telah menjadi sebuah kawasan “hijau” ini telah menarik perhatian para pemimpin politik di dunia, ilmuwan, dan pengusaha. Mereka sangat kagum karena program-program lingkungannya dapat berjalan dengan baik sehingga memenangkan Penghargaan Energi Berkelanjutan Eropa (Sustainable Energy Europe Award) dari Uni Eropa.


Contoh lampu hemat energi yang dibuat oleh Top Power Technology Co.,Ltd
Upaya-upaya perbaikan lingkungan di KotaVäxjö dimulai pada awal tahun 1970! Dalam upaya menjaga pelestarian lingkungan, pemerintah kota memulai sebuah gerakan kebersihan di sekitar danau yang sangat tercemar karena industri dan pertanian daerah setempat. Semenjak 1993, emisi karbondioksida mulai mengalami penurunan secara berkelanjutan. Pada tahun 2006, emisi karbon menurun tajam hingga mencapai angka 30 persen, suatu angka yang jauh di bawah rata-rata angka global emisi karbondioksida per kapita tahunan sebesar 3.236 kg. Dalam upaya menjadi sebuah kota yang bebas bahan bakar fosil, Växjö menargetkan penurunan sebesar 50 persen pada tahun 2010 dan 70 persen pada tahun 2025 (dibandingkan tahun 1993).
Penurunan emisi secara drastis terjadi pada sistem pemanas dan pembangkit energi milik pemerintah distrik. Mereka telah mengganti minyak dengan sisa-sisa kayu industri kehutanan setempat yang dibakar sehingga menghasilkan energi listrik. Panas yang timbul pada saat proses pembuatan air pendingin dimanfaatkan untuk keperluan sistem pemanas pemerintah distrik. Abu tungku perapian dibawa kembali ke hutan untuk digunakan sebagai pupuk tambahan.
Pada tahun 1994, Växjö mulai mengganti semua lampu penerangan jalannya dengan lampu hemat energi. Pemerintah kota merencanakan program ini selesai pada tahun 2009, dan diharapkan pada tahun itu akan terjadi pengurangan emisi CO2 sebanyak 6.000 ton per tahun.
Beberapa Alternatif Pengganti Bahan Bakar Fosil
Berbagai inisiatif dan terobosan untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil pada angkutan umum di dalam kota juga telah diperkenalkan. Biogas yang dihasilkan dari tempat pengolahan limbah dimanfaatkan untuk keperluan sistem angkutan umum dengan memberikan subsidi serta fasilitas bebas parkir di dalam kota. Pemerintah juga mendorong masyarakat untuk membeli kendaraan yang ramah lingkungan. Dengan disubsidi oleh dewan kotapraja, jarak tempuh Taxi Växjö dalam kilometer berkurang hingga 20 persen. Terima kasih kepada sistem pemantau posisi berteknologi tinggi yang dapat memantau pergerakan taksi melalui satelit, sehingga kendaraan yang terdekat dengan penumpang dapat segera diperintahkan untuk menjemput penumpang tersebut. Para sopir juga memperoleh pelatihan cara “mengendarai secara ekonomis (eco-driving)” yaitu cara mengendarai kendaraan yang irit bahan bakar. Di samping itu, perusahaan juga memiliki armada hybrid, armada yang digerakkan oleh tenaga etanol, dan juga yang digerakkan oleh tenaga biogas.
Banyak upaya lain yang dilakukan di berbagai wilayah kota. Mereka memberikan dana bantuan kepada pemilik properti perseorangan dengan memasang panel tenaga surya, mendirikan tungku kayu untuk menggantikan minyak, memasang meteran listrik pribadi di asrama mahasiswa, dan juga kepada sebuah konstruksi yang semuanya menggunakan bahan dari kayu di sebuah kawasan perumahan baru yang memiliki bangunan apartemen tertinggi di Eropa. Växjö terletak di tengah-tengah kawasan industri kayu, jadi energi yang dibutuhkan untuk memproduksi dan mengangkut kayu lebih kecil dibandingkan industri besi atau beton.


Stockholm-sebuah kota yang terbersih. © Juru Kamera: Harryfn, Agen: Dreamstime.com
Kini, dalam upaya untuk menangani isu global, kota kecil yang berpenduduk 800.000 jiwa ini tidak lagi bekerja sendirian. Pada tahun1996, Stockholm berhasil membuat sebuah terobosan di Eropa—Kendaraan Tanpa Emisi atau Rendah Emisi untuk Warga Kota (ZEUS- Zero and low Emission vehicles in Urban Society), yang mengarah kepada terciptanya sebuah kendaraan yang benar-benar bersih lingkungan di perkotaan, dimulai dari semua kendaraan umum. Kendaraan ramah lingkungan ini memakai biofuel atau bahan bakar yang memiliki emisi CO2 yang lebih rendah sebesar 120 g/km, dan menjadi ciri khas kendaraan hybrid atau kendaraan yang sangat kecil lainnya. Dewan kota juga mengadakan kerja sama dengan industri bahan bakar dan Uni Eropa untuk memperluas penyediaan biofuel. Dengan bekerja sama dengan pemerintah, LSM (NGOs), dan kota-kota lainnya mampu memberikan insentif dan pengurangan pajak kepada setiap pembeli kendaraan yang bebas polusi. Kini, tingkat penjualan kendaraan hijau telah mencapai 20 persen dari seluruh penjualan kendaraan di dalam kota. Di samping itu Stockholm kini telah menjadi sebuah kota yang memiliki presentase tertinggi jenis kendaraan ZEUS di Eropa yang mampu mengurangi emisi CO2 sebanyak 200.000 ton per tahun.
Kota pelabuhan, Göteborg, Swedia, juga telah membuat sasaran menuju sebuah planet yang lebih hijau. Pada umumnya, kebanyakan kapal laut memperoleh energi listrik dari pembangkit listrik tenaga diesel - cara yang sangat boros energi dan berpolusi tinggi. Göteborg mengembangkan sebuah sistem penyediaan energi di daratan dengan menggunakan energi yang terbarukan dari turbin angin untuk menyalurkan energi listrik ke kapal di pelabuhan, yang mampu mengurangi emisi sisi kiri kapal sebesar 94-97 persen! Pada tahun 2004, skim ini memenangkan “Penghargaan Kapal Bersih” dari Komisi Eropa (European Commission’s “Clean Marine Award” ) atas prestasinya yang menonjol dalam masalah lingkungan.
Cara Bijaksana untuk Menghemat Energi dan Uang
Kota Kopenhagen, Denmark memiliki sistem pemanas dimana 97 persen sumber panasnya berasal dari panas buangan hasil dari proses penyediaan energi listrik. Panas yang dihasilkan ini sangat bersih dan dapat dipercaya. Sistem ini didirikan pada tahun 1984 oleh lima walikota bersama-sama dengan Transmisi Energi Panas Kota Metropolitan Kopenhagen (Metropolitan Copenhagen Heating Transmission-CTR) yang bekerja sama dengan sebuah anak perusahan, VEKS untuk menjalankan sistem ini. Dengan adanya sistem ini, serta pengalihan bahan bakar pembangkit listrik dari batubara ke gas alam dan biofuel (jerami dan kayu), maka telah membuat gabungan dari kedua sistem ini mampu menurunkan kensumsi rata-rata rumah tangga sebesar 1.400 EUR per tahun, dan Distrik Konpenhagen dapat menghemat 203.000 ton minyak per tahun, atau mengurangi emisi gas CO2 sebesar 665.000 ton.
Kopenhagen juga memiliki sistem pertanian terbesar kedua di dunia yang menggunakan tenaga angin lepas pantai yang digerakkan oleh turbin angin dengan kapasitas total sebesar 160 MW, yang cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik 150.000 rumah tangga Denmark, atau 2 persen dari seluruh penggunaan energi listrik Denmark. Turbin lepas pantai memiliki kemampuan memproduksi energi listrik satu setengah kali lebih besar dari energi yang dihasilkan oleh turbin di daratan. Sarana itu mampu menyumbang penurunan emisi gas CO2 sebesar 660.000 ton per tahun.
Udara yang Lebih Bersih dan Tubuh yang Lebih Sehat – Sangat Serasi!
Di samping itu, Kopenhagen adalah sebuah tempat persinggahan bagi pengendara sepeda yang menawarkan sebuah lingkungan bersepeda yang aman, terjamin, dan efisien. Pada tahun 1995, pemerintah kota menyediakan layanan sepeda untuk umum yang memungkinkan masyarakat mengambil dan mengembalikan sepeda di tempat penyimpanan yang tersebar di berbagai tempat di pusat kota. Program kerja sama masyarakat umum dan perseorangan dikelola oleh sebuah organisasi sosial, Yayasan Sepeda Kota Kopenhagen (The City Bike Foundation of Copenhagen), yang mendapat dukungan dana dari pihak sponsor dan pemasukan dari iklan. Yayasan ini juga menyediakan lapangan kerja bagi para narapidana dan pengangguran yaitu dengan mengharuskan mereka untuk memelira jalan-jalan di kota. Kini, 36 persen penduduknya berangkat ke sekolah atau bekerja dengan bersepeda, dan targetnya meningkat menjadi 50 persen pada tahun 2015, dan membuat Kopenhagen benar-benar menjadi sebuah “Kota bagi Pengendara Sepeda”. Di Prancis, skim Vélo’v diluncurkan pada bulan Mei 2005. Dengan iuran kartu anggota prabayar sebesar satu euro per minggu dan 5 euro per tahun, Anda sudah bisa menyewa sepeda di setiap tempat di kota. Kini telah tersedia 3.000 sepeda lebih dan 350 stasiun lebih yang tersebar di berbagai tempat di Kota Lyon dan Villeurbanne.
Paris’ Vélib, diluncurkan pada bulan Juli 2007, dan merupakan skim tiruan Vélo’v, hanya saja ukurannya sedikit lebih besar. Dengan sepeda sebanyak 10.600 dari 750 tempat penyewaan dan masing-masing tempat memiliki 15 sepeda atau lebih, Walikota Bertrand Delanoe berharap agar Vélib mampu mengurangi kepadatan lalu lintas di kota hingga 40 persen pada tahun 2020. Program komunitas sepeda juga terdapat di Stockholm, Barcelona, London, dan di beberapa kota di Jerman dan Belanda.
Kota London menerapkan “pengenaan biaya di daerah yang rawan macet”. Biaya harian sebesar £8 bagi yang mengendarai atau memarkir kendaraan di jalan umum yang berada di kawasan rawan macet pada hari kerja antara pukul 7 pagi hingga pukul 6 sore. Pada bulan Februari 2007, cakupan wilayahnya diperluas hingga 38 km2 dan merupakan yang terbesar di dunia. Menurut angka statistik resmi pemerintah setempat, kepadatan lalu lintas di daerah kawasan yang terkena biaya menurun hingga 20 persen, setara dengan 75.000 kendaraan per hari, sehingga menyebabkan penurunan emisi gas CO2 antara 20-30 persen atau 60.000 ton per tahun. Pengendara kendaraan sebagian besar merespon ketentuan itu dengan beralih ke angkutan umum atau bersepeda.
Pada bulan Agustus 2007, Stockholm menjadi kota kedua di Eropa, setelah London, yang menerapkan pengenaan biaya kemacetan. Uji coba yang dilakukan pada tahun 2006 selama 7 bulan telah mampu mengurangi emisi gas CO2 sebesar 14 persen dan kepadatan lalu lintas sebesar 22 persen.


Beberapa sepeda yang digunakan pada skim Velo’v.
© Juru Kamera: Jakezc, Agen: Dreamstime.com
Toyota mengalirkan gas rumah kaca ke rumah kaca untuk menumbuhkan tanaman
Grup kendaraan di Toyota telah bermitra dengan perusahaan-perusahaan lain dalam sebuah percobaan dengan rumah kaca terbesar di Asia untuk mendaur ulang emisi CO2. Kepala Toyota Floritech Bpk. Teruo Takatomi menyatakan, “Sekarang ini Anda secara otomatis menganggap CO2 tidak baik. Tapi ia diperlukan tumbuhan untuk berkembang.” Perkebunan itu mengawali gas alam yang digunakan untuk menghasilkan listrik bagi penerangan. Panas yang dihasilkan dari proses ini digunakan untuk memanaskan air sementara emisi CO2 disalurkan ke rumah kaca untuk memacu pertumbuhan tanaman.
http://www.straitstimes.com/Free/Story/STIStory_250695.html
Seorang insinyur Sri Lanka mengembangkan pengering makanan dengan sedikit bahan bakar
Untuk mengurangi pembuangan buah-buahan dan sayuran karena minimnya fasilitas pendingin atau fasilitas pengolahan, seorang insinyur dan desainer alat-alat industri, Rankoth Pathirana mengembangkan sebuah pengering makanan yang hanya ditenagai oleh serbuk gergaji. Alat ini memudahkan pengeringan dan dapat menyimpan buah serta sayuran dalam waktu yang lama hingga mereka dapat dikonsumsi dengan aman dan tetap nikmat di kemudian hari.
http://www.dailynews.lk/2008/06/18/bus02.asp
Pelajar Vietnam menemukan alat penguras untuk saluran pembuangan limbah air rumah tangga
Đinh Trần Vũ An, seorang pelajar tingkat sebelas dari Kota Sa Đéc di selatan Provinsi Đồng Tháp di Âu Lạc (Vietnam) telah menemukan alat penguras untuk rumah tangga yang mengolah air sebelum ia memasuki sistem saluran pembuangan umum di lingkungan. Penyaringnya menggunakan karbon aktif untuk menyerap zat pencemar dari air. Dengan biaya 6,02 dolar AS, alat itu relatif murah, dengan hasil saringan hingga 85% memenuhi standar nasional untuk air olahan. An muda berkata, “Mengembalikan air bersih kembali ke alam setelah menggunakannya merupakan satu cara untuk menunjukkan bahwa kita menghormati alam dan hidup harmonis dengan lingkungan.”
http://www.thanhniennews.com/education/?catid=4&newsid=39395
Perangkat lunak baru membantu petani Selandia Baru untuk mengukur emisi gas rumah kaca mereka
Pemerintah Selandia Baru telah memperbarui perangkat lunak yang dipakai para petani Selandia Baru sehingga mereka sekarang dapat dengan mudah dan akurat menghitung emisi gas rumah kaca dari aktivitas pertanian mereka. Perangkat ini diharapkan bermanfaat dalam memenuhi ketentuan pemerintah untuk melaporkan tingkat emisi gas rumah kaca dari ternak mulai tahun 2013
http://www.medindia.net/news/Software-to-Help-New-Zealand-Farmers-to-Measure-Greenhouse-Gas-Emissions-Accurately-37985-1.htm
Perusahaan AS mendapat kemajuan penting dalam mengubah ganggang menjadi minyak
OriginOils telah mendaftarkan paten keempat tentang teknologi baru yang diharapkan memungkinkan produksi minyak yang berbasis ganggang dalam skala besar. Bahan bakar nabati dari ganggang telah disebutkan sebagai pengganti dari bahan bakar fosil, dan ini hanya tinggal menunggu kemajuan proses untuk melepaskan minyak dari sel ganggang. Pengembangan terbaru OriginOils telah berhasil menggunakan getaran gelombang mikro dan ultra untuk mendapatkan minyak ganggang.
Penemuan baru dalam daur ulang air
Di Pusat Penelitian Palo Alto di Kalifornia, AS, Peneliti Meng Lean dan timnya telah mengembangkan suatu metode penyaringan air yang tidak mahal
yang menggunakan sistem penyaringan spiral untuk mendaur ulang air dengan tujuan bukan untuk diminum sampai lima kali lebih cepat dari sistem yang ada saat ini. Tim Dr. Lean berharap untuk segera bisa mencapai volume daur ulang sebanyak 100 liter per menit untuk melayani pertanian dan kebutuhan air dalam skala besar.
http://abclocal.go.com/kgo/story?section=news/environment&id=6198707
Pusat Pengolahan Sampah Elektronik
Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China sedang membangun pusat pengolahan sampah elektronik yang pertama di negara tersebut, agar dapat dengan aman membuang 10.000 ton sampah elektronik Perusahaan-perusahaan mendesain ulang rangkaian persediaan barang berkenaan dengan prinsip hijau.
Sebuah survei pada 350 perusahaan di seluruh dunia oleh perusahaan penelitian Amerika Serikat, Aberdeen Group, mendapatkan bahwa 83% manajer persediaan telah menerapkan desain ulang yang hijau atas rangkaian persediaan mereka, atau proses untuk mendapatkan produk atau pelayanan dari perusahaan kepada konsumen. Beberapa alasan utama perusahaan melakukan hal ini adalah untuk mengurangi biaya, meningkatkan tanggung jawab sosial, dan mengurangi sampah.
http://www.environmentalleader.com/2008/06/05/supply-chain-managers-are-architecting-a-green-future

Kamis, 08 Juli 2010

Apa itu Pemanasan Global

Apa itu Pemanasan Global

  "Panas banget ya hari ini!" Seringkah Anda mendengar pernyataan tersebut terlontar dari orang-orang di sekitar Anda ataupun dari diri Anda sendiri? Anda tidak salah, data-data yang ada memang menunjukkan planet bumi terus mengalami peningkatan suhu yang mengkhawatirkan dari tahun ke tahun. Selain makin panasnya cuaca di sekitar kita, Anda tentu juga menyadari makin banyaknya bencana alam dan fenomena-fenomena alam yang cenderung semakin tidak terkendali belakangan ini. Mulai dari banjir, puting beliung, semburan gas, hingga curah hujan yang tidak menentu dari tahun ke tahun. Sadarilah bahwa semua ini adalah tanda-tanda alam yang menunjukkan bahwa planet kita tercinta ini sedang mengalami proses kerusakan yang menuju pada kehancuran! Hal ini terkait langsung dengan isu global yang belakangan ini makin marak dibicarakan oleh masyarakat dunia yaitu Global Warming (Pemanasan Global). Apakah pemanasan global itu? Secara singkat pemanasan global adalah peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi. Pertanyaannya adalah: mengapa suhu permukaan bumi bisa meningkat?

Penyebab Pemanasan Global

Penelitian yang telah dilakukan para ahli selama beberapa dekade terakhir ini menunjukkan bahwa ternyata makin panasnya planet bumi terkait langsung dengan gas-gas rumah kaca yang dihasilkan oleh aktifitas manusia. Khusus untuk mengawasi sebab dan dampak yang dihasilkan oleh pemanasan global, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) membentuk sebuah kelompok peneliti yang disebut dengan International Panel on Climate Change (IPCC). Setiap beberapa tahun sekali, ribuan ahli dan peneliti-peneliti terbaik dunia yang tergabung dalam IPCC mengadakan pertemuan untuk mendiskusikan penemuan-penemuan terbaru yang berhubungan dengan pemanasan global, dan membuat kesimpulan dari laporan dan penemuan- penemuan baru yang berhasil dikumpulkan, kemudian membuat persetujuan untuk solusi dari masalah tersebut . Salah satu hal pertama yang mereka temukan adalah bahwa beberapa jenis gas rumah kaca bertanggung jawab langsung terhadap pemanasan yang kita alami, dan manusialah kontributor terbesar dari terciptanya gas-gas rumah kaca tersebut. Kebanyakan dari gas rumah kaca ini dihasilkan oleh peternakan, pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor, pabrik-pabrik modern, peternakan, serta pembangkit tenaga listrik.

Apa itu Gas Rumah Kaca?

Atmosfer bumi terdiri dari bermacam-macam gas dengan fungsi yang berbeda-beda. Kelompok gas yang menjaga suhu permukaan bumi agar tetap hangat dikenal dengan istilah "gas rumah kaca". Disebut gas rumah kaca karena sistem kerja gas-gas tersebut di atmosfer bumi mirip dengan cara kerja rumah kaca yang berfungsi menahan panas matahari di dalamnya agar suhu di dalam rumah kaca tetap hangat, dengan begitu tanaman di dalamnya pun akan dapat tumbuh dengan baik karena memiliki panas matahari yang cukup. Planet kita pada dasarnya membutuhkan gas-gas tesebut untuk menjaga kehidupan di dalamnya. Tanpa keberadaan gas rumah kaca, bumi akan menjadi terlalu dingin untuk ditinggali karena tidak adanya lapisan yang mengisolasi panas matahari. Sebagai perbandingan, planet mars yang memiliki lapisan atmosfer tipis dan tidak memiliki efek rumah kaca memiliki temperatur rata-rata -32o Celcius.

Kontributor terbesar pemanasan global saat ini adalah Karbon Dioksida (CO2), metana (CH4) yang dihasilkan agrikultur dan peternakan (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari pupuk, dan gas-gas yang digunakan untuk kulkas dan pendingin ruangan (CFC). Rusaknya hutan-hutan yang seharusnya berfungsi sebagai penyimpan CO2 juga makin memperparah keadaan ini karena pohon-pohon yang mati akan melepaskan CO2 yang tersimpan di dalam jaringannya ke atmosfer. Setiap gas rumah kaca memiliki efek pemanasan global yang berbedabeda. Beberapa gas menghasilkan efek pemanasan lebih parah dari CO2. Sebagai contoh sebuah molekul metana menghasilkan efek pemanasan 23 kali dari molekul CO2. Molekul NO bahkan menghasilkan efek pemanasan sampai 300 kali dari molekul CO2. Gas-gas lain seperti chlorofluorocarbons (CFC) ada yang menghasilkan efek pemanasan hingga ribuan kali dari CO2. Tetapi untungnya pemakaian CFC telah dilarang di banyak negara karena CFC telah lama dituding sebagai penyebab rusaknya lapisan ozon.

 

Apa Penyebab Utama Pemanasan Global?

Dalam laporan PBB (FAO) yang berjudul Livestock's Long Shadow: Enviromental Issues and Options (Dirilis bulan November 2006), PBB mencatat bahwa industri peternakan adalah penghasil emisi gas rumah kaca yang terbesar (18%), jumlah ini lebih banyak dari gabungan emisi gas rumah kaca seluruh transportasi di seluruh dunia (13%). Emisi gas rumah kaca industri peternakan meliputi 9 % karbon dioksida, 37% gas metana (efek pemanasannya 72 kali lebih kuat dari CO2), 65 % nitro oksida (efek pemanasan 296 kali lebih kuat dari CO2), serta 64% amonia penyebab hujan asam. Peternakan menyita 30% dari seluruh permukaan tanah kering di Bumi dan 33% dari area tanah yang subur dijadikan ladang untuk menanam pakan ternak. Peternakan juga penyebab dari 80% penggundulan Hutan Amazon.

Sedangkan laporan yang baru saja dirilis World Watch Institut menyatakan bahwa peternakan bertanggung jawab atas sedikitnya 51 persen dari pemanasan global.

Penulisnya, Dr. Robert Goodland, mantan penasihat utama bidang lingkungan untuk Bank Dunia, dan staf riset Bank Dunia Jeff Anhang, membuatnya berdasarkan "Bayangan Panjang Peternakan", laporan yang diterbitkan pada tahun 2006 oleh Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO). Mereka menghitung bidang yang sebelumnya  dan memperbarui hal lainnya, termasuk siklus hidup emisi produksi ikan yang diternakkan, CO2 dari pernapasan hewan, dan koreksi perhitungan sebenarnya yang menghasilkan lebih dari dua kali lipat jumlah hewan ternak yang dilaporkan di planet ini.

Emisi metana dari hewan ternak juga berperan sebesar 72 kali lebih dalam menyerap panas di atmosfer daripada CO2. Hal ini mewakili kenaikan yang lebih akurat dari perhitungan asli FAO dengan potensi pemanasan sebesar 23 kali. Meskipun demikian, para peneliti itu memberitahu bahwa perkiraan mereka adalah minimal, dan karena itu total emisi 51 persen masih konservatif.

http://vegclimatealliance.org/livestock-and-climate-change-qa
http://www.worldwatch.org/node/6294